1.
Apa yang dimaksud dengan kualitas
Kualitas atau mutu merupakan kata yang sering
kita dengar. Mutu merupakan sesuatu yang menjadikan suatu barang atau jasa
memiliki arti atau berharga tergantung dari sisi mana orang memandangnya
dan tentu dari perspektif yang bermacam-macam. Individu mengartikan kualitas
atau mutu tentu tidak sama dengan individu lainnya, karena mutu memiliki banyak
dimensi tergantung dari mana individu tersebut menilainya. Ada mutu dalam
produk atau barang ada juga yang berbentuk jasa atau pelayanan.
Para tokoh mengartikan mutu atau kualitas
dengan berbagai arti sesuai dengan bidang mereka masing-masing, namun dari
beberapa banyak pengertian tentang mutu tersebut tidak terlalu bias dari satu
pengertian dengan pengertian lainnya. Secara keseluruhan kualitas tetap pada
artinya secara umum yaitu sesuatu yang memiliki kesitimewaan yang membuat orang
tertarik dan kagum pada sebuah barang atau jasa. Karena itulah tidak ada pendapat
yang paling benar tentang arti dari kualitas tersebut secara pasti
melihat banyaknya dimensi yang digunakan para tohoh dalam mengartikan dan
mendefinisikan mutu atau kualitas.
Singkat:
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu
[1]. Istilah ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur
dalam kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau
jasa yang dihasilkan, seperti Six Sigma, TQM, Kaizen, dll.
- Sumber: http://aldialbani.blogspot.com/2013/01/teori-kualitasmutu.html#sthash.MmzuaU35.dpuf
2.
Dimensi
kualitas produk dan jasa menurut ahli
Dimensi
Kualitas Produk
Menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd (2005, p.422) apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari :
1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk
2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
5. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7. Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan
Negara asal.
Menurut Tjiptono (1997, p.25), dimensi kualitas produk meliputi :
1) Kinerja (performance)
Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang dibeli, misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang dapat diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan sebagainya.
2) Keistimewaan tambahan (features)
Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior seperti dash board, AC, sound system, door lock system, power steering, dan sebagainya.
3) Keandalan (reliability)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai, misalnya mobil tidak sering ngadat/macet/rewel/rusak.
4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications)
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan emisi terpenuhi, seperti ukuran as roda untuk truk tentunya harus lebih besar daripada mobil sedan.
5) Daya tahan (durability)
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan mobil.
6) Estetika (asthethic)
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik mobil yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya.
Menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd (2005, p.422) apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari :
1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk
2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
5. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7. Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan
Negara asal.
Menurut Tjiptono (1997, p.25), dimensi kualitas produk meliputi :
1) Kinerja (performance)
Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang dibeli, misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang dapat diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan sebagainya.
2) Keistimewaan tambahan (features)
Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior seperti dash board, AC, sound system, door lock system, power steering, dan sebagainya.
3) Keandalan (reliability)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai, misalnya mobil tidak sering ngadat/macet/rewel/rusak.
4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications)
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan emisi terpenuhi, seperti ukuran as roda untuk truk tentunya harus lebih besar daripada mobil sedan.
5) Daya tahan (durability)
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan mobil.
6) Estetika (asthethic)
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik mobil yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya.
Sumber:
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/produk-definisi-klasifikasi-dimensi_30.html
3.
Dasar
manajemen kualitas
Mutu Harus Berfokus pada Kebutuhan Pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer
satisfaction). Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua,
yaitu:
- Pelanggan internal (di dalam organisasi)
- Pelanggan eksternak (di luar organisasi)
Pada pengertian manajemen tradisional, yang dimaksud pelanggan
adalah pelanggan eksternal (di luar organisasi). Mengapa pelanggan internal menjadi
perhatian manajemen mutu? Jawabnya, adalah apabila pribadi yang ada di dalam
organisasi tersebut dilayani dengan baik, otomatis mereka akan melayani
pelanggan eksternal secara baik pula.
Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa
dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, missal guru, selalu
mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, Kepala Sekolah selalu puas
terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi keinginan siswa.
PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN MUTU
Manajemen mutu adalah aspek dari seluruh fungsi manajemen yang
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu. Pencapaian mutu yang diinginkan
memerlukan kesepakatan dan partisipasi seluruh anggota organisasi, sedangkan
tanggung jawab manajemen mutu ada pada pimpinan puncak. Untuk melaksanakan
manajemen mutu dengan baik dan menuju keberhasilan, diperlukan prinsip-prinsip
dasar yang kuat. Prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai
berikut:
1. Setiap orang memiliki pelanggan
2. Setiap orang bekerja dalam sebuah sistem
3. Semua sistem menunjukkan variasi
4. Mutu bukan pengeluaran biaya tetapi investasi
5. Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai
perencanaan
6. Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup
7. Manajemen berdasarkan fakta dan data
8. Fokus pengendalian (control) pada
proses, bukan hanya pada hasil out put
Sumber:
http://sekolah.8k.com/blank.html
4.
Total
Quality Management
TQM
atau Total Quality Management (Bahasa Indonesia: manajemen kualitas total)
adalah strategi manajemen yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas
pada semua proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi dari ISO, TQM adalah
"suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada
kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk
kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk
semua anggota dalam organisasi serta masyarakat."
Filosofi
dasar dari TQM adalah "sebagai efek dari kepuasan konsumen, sebuah
organisasi dapat mengalami kesuksesan."
Kendaraan
yang digunakan dalam TQM:
·
Manajemen
Harian
·
Manajemen
Kebijakan
·
Manajemen
Cross-functional
·
Gugus
Kendali Mutu
·
Manajemen
Keselamatan Kerja
TQM
telah digunakan secara luas dalam manufaktur, pendidikan, pemerintahan, dan
industri jasa, bahkan program-program luar angkasa dan ilmu pengetahuan NASA.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_kualitas_total
5.
Kualitas
dan Keunggulan Kompetitif (Kelebihan dan Kekurangan dari Kualitas)
Teori keunggulan kompetitif adalah sebuah pendekatan untuk
proses penjualan dan pemasaran bahwa penekanan harus ditempatkan pada produksi
barang-barang berkualitas tinggi dan layanan yang pada gilirannya dapat dijual
dengan harga terbaik. Hal ini berbeda dengan teori keunggulan komparatif, yang
cenderung lebih fokus pada produksi barang dan jasa didasarkan pada
ketersediaan sumber daya alam dan potensi untuk memproduksi barang yang dapat
diekspor. Ada kontroversi yang sedang berlangsung mengenai esensi teori
keunggulan kompetitif dan seberapa baik bahwa teori cocok dengan pandangan
dunia saat ini.Ada beberapa asumsi umumnya terkait dengan teori keunggulan kompetitif. Salah satu harus dilakukan dengan pemahaman bahwa memiliki sumber daya alam di tangan tidak perlu untuk menghasilkan barang dan jasa. Mengimpor apa yang dibutuhkan untuk produksi dapat dikelola dengan mudah, sehingga memungkinkan untuk setiap barang atau jasa yang akan diproduksi di mana saja di dunia. Hal ini berbeda dengan ide memanfaatkan sumber daya lokal sebagai sarana menjaga biaya rendah. Menurut para pendukung keunggulan kompetitif, yang terbuka untuk mengimpor penting berarti bahwa tidak ada bahaya ekonomi yang terkunci ke dalam produksi barang yang bergantung pada sumber daya alam yang pada akhirnya dapat habis, membatasi jangkauan produksi dalam bahwa lokasi geografis tertentu .
Dengan fokus teori keunggulan kompetitif pada kualitas produksi, pemahaman adalah bahwa tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi barang yang bersangkutan akan menjadi agak murah dibandingkan dengan keuntungan yang dihasilkan. Ini tidak berarti bahwa tenaga kerja tentu akan menjadi murah, tetapi itu akan sebanding dengan keuntungan yang dihasilkan dari penjualan barang-barang berkualitas tinggi dengan harga yang lebih tinggi. Keuntungan yang lebih tinggi berarti kemampuan untuk mempertahankan produksi, memenuhi permintaan, dan menjaga kerja karyawan, yang pada gilirannya feed ekonomi lokal dan membantu meningkatkan standar hidup.
Penekanan pada kualitas dipahami untuk memberikan keuntungan yang berbeda atas pesaing yang beroperasi dari pendekatan yang berbeda. Dengan teori keunggulan kompetitif, kualitas akhirnya mengatasi pilihan lain yang berkualitas lebih rendah, bahkan ketika barang-barang rendah yang tersedia dengan harga yang jauh lebih rendah. Sebagai konsumen menjadi lebih sadar bahwa mereka menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli barang-barang lain yang tidak memberikan tingkat kepuasan yang sama, mereka akan bermigrasi ke produk yang mungkin biaya sedikit lebih awalnya, tetapi akhirnya memberikan utilitas yang lebih dalam jangka panjang.
6.
Bagaimana
CBIS memperbaiki kualitas dan produk jasa, berikan contoh
Computer
Based Information System (CBIS) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut juga
Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan sistem pengolah data menjadi
sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu
pengambilan keputusan. Istilah-istilah yang terkait dengan CBIS adalah data,
informasi, sistem, sistem informasi dan basis komputer.
Saat
ini sistem informasi merupakan isu yang paling penting dalam pengendalian
manajemen. Hal ini disebabkan karena tujuan dari pengendalian manajemen adalah
untuk membantu manajemen dalam mengkoordinasi subunit-sub unit dari organisasi
dan mengarahkan bagian-bagian tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan. Dua
hal yang menjadi perhatian dari definisi diatas adalah mengkoordinasi dan
mengarahkan. Tentu saja dalam dua proses tersebut diperlukan satu sistem agar
proses koordinasi dan pengarahan dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai.
Manfaat
utama dari perkembangan sistem informasi bagi sistem pengendalian manajemen
adalah :
· penghematan waktu (time saving)
· penghematan biaya (cost saving)
· peningkatan efektivitas
(effectiveness)
· pengembangan teknologi (technology
development)
· pengembangan personel akuntansi
(accounting staff development).
Dengan
berbagai manfaat dan kontribusi yang diberikan tersebut, diharapkan setiap
perusahaan dapat bertahan dalam arena kompetisi yang semakin ketat.
Contoh: Contoh Dukungan CBIS pada
Kualitas Produk dan Jasa Pelacakan paket
Mungkin
hanya sedikit organisasi didunia yang telah membangun organisasi mereka dengan
komputer seperti fedral express. fedEx
menggunakan computer untuk banyak aplikasi, tetapi yang paling nyata bagi
pelanggan adalah pelacakan paket. SUPER TRACKER membaca sebagian data secara
optikal, SUPER TRACKER kemudian menggunaan microprocessor dan read-only
memory-nya untuk menentukan rute terbaik ke tempat tujuan. Kurir memasukan
SUPER TRACKER ke dalam printer portable Astra, ayng mencetak label yang di
tempelkan ke paket. Kurir menggunakan SUPER TRACKER untuk membaca label Astra
secara optis. Kurir keudian mentik nama penerima. Saat kurir kembali ke
trucknya, SUPER TRACKER dimasukkan ke dalam terminal lain, yang akan
menambahkan tanggal dan hari.
Sumber:
eprints.undip.ac.id/27319/1/FMIPA-KOMPUTER19.pdf
http://refdiansyah.blogspot.com/2012/11/peranan-informasi-dalam-kualitas-produk_1808.html
7.
Menetapkan
program TQM
Penerapan
TQM dalam Teknologi Informasi dapat membantu perusahaan dalam melakukan
peningkatan kualitas dalam produksi dan membantu dalam meningkatkan kualitas
kerja karyawan melalui pelatihan yang dipermudah dengan adanya penerapan
teknologi informasi di dalam perusahaan.
Pendekatan Top-Down
Usaha
mencapai TQM dimulai dari CEO dan akhirnya melibatkan semua pihak dalam
perusahaan. Tahapan-tahapannya :
1. tentukan untuk mengikuti TQM
2. tetapkan budaya kualitas
3. mentapkan pengawasan manajemen
puncak
Menurut pakar kualitas Joseph Juran,
pendekatan yang lazim adalah menetapkan dewan perencanaan kualitas (quality
planning council) yang memformulasikan dan mengkoordinasikan aktivitas kualitas
seluruh perusahaan.
Tanggung jawab dewan tersebut
meliputi :
1. menetapkan kebijakan kualitas
perusahaan
2. menetapkan tujuan kualitas
perusahaan
3. menetapkan strategi kualitas
perusahaan
4. mengkaji kinerja kualitas
5. merevisi sistem pemberian peringkat
manajerial
Sebagian
kesimpulan dari pembahasan proses penerapan TQM, ada dua pokok penting.
Pertama, proses kualitas sangat mirip dengan proses top-down lainnya, seperti
perencanaan strategis, manajemen sumber daya informasi, dan pembuatan anggaran
tahunan. Kedua, tanggung jawab untuk mencapai produk dan jasa informasiyang
berkualitas tidak hanya terletak pada IS.
http://refdiansyah.blogspot.com/2012/11/peranan-informasi-dalam-kualitas-produk_1808.html
8.
Mencapai
Manajemen Kualitas dalam Jasa Informasi
• Mengidentifikasi Pelanggan IS
Pada perusahaan yang secara historis
telah menerapkan sumber daya informasinya untuk memenuhi kebutuhan pemakai,
identifikasi pelanggan mungkin telah dilakukan. Kemungkinan besar perusahaan
berorientasi pemakai akan memiliki steering committee SIM yang mewakili para
pemakai di perusahaan secara menyeluruh, mengevaluasi permintaan dukungan
informasi dan mengalokasi dana yang diperlukan.
• Mendefinisikan Kebutuhan Kualitas
Pelanggan
Bahkan saat IS telah berorientasi
pelanggan dan mengetahui para pelanggannya dan kebuthuan informasi mereka,
biasanya tetap perlu mendefinisikan dimensi kualitas yang dirasa penting oleh
pelanggan.
• Mendefinisikan Kebutuhan Kualitas
Produk
Suatu servei tahap kedua dapat
mengumpulkan pendapat para pemakai mengenai dimensi – dimensi kualitas produk.
• Menetapkan Metrik Kualitas
Setelah spesifikasi dimensi –
dimensi kualitas produk dan jasa informasi ditentukan, dapat ditetapkan metrik
untuk masing – masing. Metrik kualitas digunakan dalam mengevaluasi tingkat
dimensi kualitas yang dicapai oleh tiap upaya sistem.
• Mendefinisikan Strategi Kualitas
IS
Setelah para pelanggan dan kebutuhan
mereka diidentifikasi dan cara mengukur tingkat kepuasan ditetapkan, IS dapat
mengikuti satu set strategi yang dirancang untuk menempatkan sistem kualitas
pada tempatnya.
• Menerapkan Program – program
Kualitas IS
Manajemen IS menggunakan strategi –
strategi yang telah didefinisikan tersebut untuk melaksanakan berbagai program
kualitas mereka. Waktu yang diperlukan untuk penerapan berbeda bagi tiap perusahaan.
• Memantau Kinerja Kualitas IS
CIO dan para manajer IS lain
memantau kinerja para spesialis informasi dan unit IS. Input diminta dari para
pemakai dan informasi dihasilkan secara internal.
Sumber: http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=51218
9.
Menempatkan
Kualitas IS dalam Perspektif
Kualitas sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru bagi IS. Banyak perusahaan yang telah bertahun – tahun membuat usaha terpadu untuk mencapai kualitas. Namun, yang baru adalaha perhatian pada kualitas IS dalam konteks budaya kualitas perusahaan
Kualitas sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru bagi IS. Banyak perusahaan yang telah bertahun – tahun membuat usaha terpadu untuk mencapai kualitas. Namun, yang baru adalaha perhatian pada kualitas IS dalam konteks budaya kualitas perusahaan
Sumber: http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=51218
1 Response so far.
Posting Komentar