Banyak orang menganggap
bahwa bermain musik hanyalah sekedar hobi, sarana untuk mengekspresikan
perasaan, atau dipandang sebelah mata, namun penelitian berkata lain.
Melalui penelitian, bermain musik memiliki manfaat bagi yang memainkannya dalam
jangka waktu yang panjang.
Musik termasuk kedalam
kurikulum di bangku sekolah. Alat musik yang dimainkan di bangku
sekolah hanya recorder dan/atau pianika. Pelajaran yang diajarkan pun
sangat dasar, antara lain :
1. musik memiliki tangga nada mayor dan minor, beserta rentang nadanya masing-masing
2. do re mi fa sol la si do / C D E F G A B C
3. membaca not angka, bukan not balok
Guru yang mengajar musik
belum tentu lulusan musik atau yang expert dalam musik, mungkin hanya mengerti
dasarnya saja. Setelah murid-murid naik kelas dan pelajaran musik sudah tidak
ada dalam kurikulum lagi, mereka akan melupakan musik tanpa mengetahui manfaat
dari bermain musik. Berikut beberapa manfaat dari bermain musik (beberapa poin
diambil dari artikel-artikel yang membahas tentang manfaat bermain musik) :
1. Meningkatkan
kemampuan otak
Bermain musik dapat meningkatkan ketajaman otak, fungsi kognitif, dan daya ingat. Bermain musik dapat mengembangkan otak kiri (rasionalitas dan logika) dan otak kanan (imaginasi dan kreatifitas). Ketepatan nada, irama, menghafal lagu, dan kecepatan membaca kunci atau not balok merangsang otak kiri untuk bekerja. Sedangkan mendengar lagu, kemampuan “menceritakan” lagu, ”merasakan” lagu, dan kreatifitas dalam mengkreasikan sebuah lagu merangsang otak kanan.
Artikel Kompas menuliskan
bahwa bermain musik dapat memelihara kemampuan kognitif termasuk kemampuan
verbal dan non verbal, kemampuan non verbal seperti kemampuan visual dan
spasial. Belajar musik juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa asing karena
buku yang digunakan untuk berlatih musik biasanya berbahasa Jepang, Jerman, dan
Inggris.
2. Menenangkan
hati
Musik tidak hanya menenangkan hati pendengar, namun juga bagi yang memainkannya. Sebuah artikel menuliskan bahwa bermain musik bisa menghasilkan endorfin, yakni hormon bahagia sehingga membuat hati menjadi lebih tenang walaupun suasana hati sedang buruk.
Musik dapat
diandaikan sebagai kertas kosong untuk menceritakan atau
melampiaskan perasaan dan emosi seseorang, sedangkan alat musik menjadi
pena. Contohnya, Moonlight Sonata karya Beethoven yang gelap seperti
menceritakan kesedihan Beethoven. Beda dengan Eine Kleine Nachtmusik karya
Mozart yang menggambarkan kemeriahan dan lika liku kehidupan malam.
Berbeda pula dengan Canon karya Pachelbel yang sangat populer.
3. Melatih
disiplin dan kesabaran
Kebanyakan mereka yang baru terjun belajar musik berawal mula dari keinginan
untuk menjadi pemusik handal favoritnya, misalnya ingin seperti Vanessa
Mae, Depapepe, Santana, atau lainnya. Mata akan terbuka ketika pertama kali
belajar musik yang sesungguhnya, bahwa belajar musik membutuhkan proses
yang panjang, tidak bisa satu dua kali belajar langsung bisa seperti pemusik
handal. Akibatnya, berguguranlah satu persatu niat untuk belajar musik.
Belajar musik membutuhkan
disiplin dan kesabaran yang tinggi. Disiplin berlatih 2-3 kali seminggu selama
30 menit atau lebih, mengulang pelajaran yang dirasa sulit hingga menguasainya,
dan berlatih bertahun-tahun hingga handal. Teman saya pernah berkomentar bahwa
orang yang main musik biasanya sabar. Saya diceritakan bahwa di tempat
saya bekerja pernah ada karyawan yang bekerja sampingan sebagai guru
piano. Walaupun dimarahi oleh atasan, ia tetap santai dan tidak pernah emosi
satu kalipun. Terbukti kalau pemusik cenderung memiliki sifat yang
sabar karena memang sudah terlatih dalam hal disiplin dan kesabarannya.
4. Melatih
kepercayaan diri
Bermain musik tidak selamanya dimainkan
untuk diri sendiri. Pemusik tidak akan berkembang jika mengurung dirinya tanpa
pernah menunjukkan kemampuannya bermain musik. Walaupun sangat gugup, pemusik
dituntut untuk berani dan percaya diri ketika perform di depan umum bahwa
dirinya mampu memainkan musik dengan baik. Adanya kepercayaan diri atau tidak
di dalam diri pemusik akan tampak dari permainannya apakah mengekang (tidak
lepas) atau mengalir dengan sempurna.
5. Melatih kerja
sama
Solo, duet, trio, quartet, atau yang lebih banyak lagi seperti orkestra
membutuhkan kerja sama yang tinggi. Walaupun solo, pemusik tetap harus diiringi
dengan musik lain sebagai background music untuk memperindah. Semakin besar
jumlah pemain musik semakin tinggi kebutuhan akan kerja samanya.
Dalam orkestra misalnya,
jika salah satu nada saja salah maka sang konduktor akan menyetop
permainan dan menegur. Walau hanya 1 nada dan 1 orang yang salah, permainan
otomatis dihentikan sehingga anggota orkestra yang tidak bersalah juga
ikut terkena imbasnya. Dalam musik, tidak ada yang bisa menonjolkan
seolah-olah dirinya sendiri saja yang berjasa.
0 Responses so far.
Posting Komentar