Kamis, 06 November 2014 di 09.14 Diposting oleh asasas 1 Comment



1.      Apa yang dimaksud dengan kualitas
Kualitas atau mutu merupakan kata yang sering kita dengar. Mutu merupakan sesuatu yang menjadikan suatu barang atau jasa memiliki arti atau  berharga tergantung dari sisi mana orang memandangnya dan tentu dari perspektif yang bermacam-macam. Individu mengartikan kualitas atau mutu tentu tidak sama dengan individu lainnya, karena mutu memiliki banyak dimensi tergantung dari mana individu tersebut menilainya. Ada mutu dalam produk atau barang ada juga yang berbentuk jasa atau pelayanan.
Para tokoh mengartikan mutu atau kualitas dengan berbagai arti sesuai dengan bidang mereka masing-masing, namun dari beberapa banyak pengertian tentang mutu tersebut tidak terlalu bias dari satu pengertian dengan pengertian lainnya. Secara keseluruhan kualitas tetap pada artinya secara umum yaitu sesuatu yang memiliki kesitimewaan yang membuat orang tertarik dan kagum pada sebuah barang atau jasa. Karena itulah tidak ada pendapat yang paling benar tentang arti dari kualitas tersebut secara pasti melihat  banyaknya dimensi yang digunakan para tohoh dalam mengartikan dan mendefinisikan mutu atau kualitas.
Singkat: Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu [1]. Istilah ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, seperti Six Sigma, TQM, Kaizen, dll.
- Sumber: http://aldialbani.blogspot.com/2013/01/teori-kualitasmutu.html#sthash.MmzuaU35.dpuf

2.      Dimensi kualitas produk dan jasa menurut ahli
Dimensi Kualitas Produk
Menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd (2005, p.422) apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari :
1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk
2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
5. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7. Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan
Negara asal.
Menurut Tjiptono (1997, p.25), dimensi kualitas produk meliputi :
1) Kinerja (performance)
Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang dibeli, misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang dapat diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan sebagainya.
2) Keistimewaan tambahan (features)
Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior seperti dash board, AC, sound system, door lock system, power steering, dan sebagainya.
3) Keandalan (reliability)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai, misalnya mobil tidak sering ngadat/macet/rewel/rusak.
4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications)
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan emisi terpenuhi, seperti ukuran as roda untuk truk tentunya harus lebih besar daripada mobil sedan.
5) Daya tahan (durability)
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan mobil.
6) Estetika (asthethic)
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik mobil yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya.
Sumber: http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/produk-definisi-klasifikasi-dimensi_30.html

3.      Dasar manajemen kualitas
Mutu Harus Berfokus pada Kebutuhan Pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Pelanggan internal (di dalam organisasi)
- Pelanggan eksternak (di luar organisasi)
Pada pengertian manajemen tradisional, yang dimaksud pelanggan adalah pelanggan eksternal (di luar organisasi). Mengapa pelanggan internal menjadi perhatian manajemen mutu? Jawabnya, adalah apabila pribadi yang ada di dalam organisasi tersebut dilayani dengan baik, otomatis mereka akan melayani pelanggan eksternal secara baik pula.
Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, missal guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, Kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi keinginan siswa.
PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN MUTU
Manajemen mutu adalah aspek dari seluruh fungsi manajemen yang menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu. Pencapaian mutu yang diinginkan memerlukan kesepakatan dan partisipasi seluruh anggota organisasi, sedangkan tanggung jawab manajemen mutu ada pada pimpinan puncak. Untuk melaksanakan manajemen mutu dengan baik dan menuju keberhasilan, diperlukan prinsip-prinsip dasar yang kuat. Prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai berikut:
1.    Setiap orang memiliki pelanggan
2.    Setiap orang bekerja dalam sebuah sistem
3.    Semua sistem menunjukkan variasi
4.    Mutu bukan pengeluaran biaya tetapi investasi
5.    Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai perencanaan
6.    Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup
7.    Manajemen berdasarkan fakta dan data
8.    Fokus pengendalian (control) pada proses, bukan hanya pada hasil out put

Sumber: http://sekolah.8k.com/blank.html

4.      Total Quality Management
TQM atau Total Quality Management (Bahasa Indonesia: manajemen kualitas total) adalah strategi manajemen yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi dari ISO, TQM adalah "suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta masyarakat."

Filosofi dasar dari TQM adalah "sebagai efek dari kepuasan konsumen, sebuah organisasi dapat mengalami kesuksesan."

Kendaraan yang digunakan dalam TQM:

·         Manajemen Harian
·         Manajemen Kebijakan
·         Manajemen Cross-functional
·         Gugus Kendali Mutu
·         Manajemen Keselamatan Kerja

TQM telah digunakan secara luas dalam manufaktur, pendidikan, pemerintahan, dan industri jasa, bahkan program-program luar angkasa dan ilmu pengetahuan NASA.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_kualitas_total

5.      Kualitas dan Keunggulan Kompetitif (Kelebihan dan Kekurangan dari Kualitas)
Teori keunggulan kompetitif adalah sebuah pendekatan untuk proses penjualan dan pemasaran bahwa penekanan harus ditempatkan pada produksi barang-barang berkualitas tinggi dan layanan yang pada gilirannya dapat dijual dengan harga terbaik. Hal ini berbeda dengan teori keunggulan komparatif, yang cenderung lebih fokus pada produksi barang dan jasa didasarkan pada ketersediaan sumber daya alam dan potensi untuk memproduksi barang yang dapat diekspor. Ada kontroversi yang sedang berlangsung mengenai esensi teori keunggulan kompetitif dan seberapa baik bahwa teori cocok dengan pandangan dunia saat ini.
Ada beberapa asumsi umumnya terkait dengan teori keunggulan kompetitif. Salah satu harus dilakukan dengan pemahaman bahwa memiliki sumber daya alam di tangan tidak perlu untuk menghasilkan barang dan jasa. Mengimpor apa yang dibutuhkan untuk produksi dapat dikelola dengan mudah, sehingga memungkinkan untuk setiap barang atau jasa yang akan diproduksi di mana saja di dunia. Hal ini berbeda dengan ide memanfaatkan sumber daya lokal sebagai sarana menjaga biaya rendah. Menurut para pendukung keunggulan kompetitif, yang terbuka untuk mengimpor penting berarti bahwa tidak ada bahaya ekonomi yang terkunci ke dalam produksi barang yang bergantung pada sumber daya alam yang pada akhirnya dapat habis, membatasi jangkauan produksi dalam bahwa lokasi geografis tertentu .
Dengan fokus teori keunggulan kompetitif pada kualitas produksi, pemahaman adalah bahwa tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi barang yang bersangkutan akan menjadi agak murah dibandingkan dengan keuntungan yang dihasilkan. Ini tidak berarti bahwa tenaga kerja tentu akan menjadi murah, tetapi itu akan sebanding dengan keuntungan yang dihasilkan dari penjualan barang-barang berkualitas tinggi dengan harga yang lebih tinggi. Keuntungan yang lebih tinggi berarti kemampuan untuk mempertahankan produksi, memenuhi permintaan, dan menjaga kerja karyawan, yang pada gilirannya feed ekonomi lokal dan membantu meningkatkan standar hidup.
Penekanan pada kualitas dipahami untuk memberikan keuntungan yang berbeda atas pesaing yang beroperasi dari pendekatan yang berbeda. Dengan teori keunggulan kompetitif, kualitas akhirnya mengatasi pilihan lain yang berkualitas lebih rendah, bahkan ketika barang-barang rendah yang tersedia dengan harga yang jauh lebih rendah. Sebagai konsumen menjadi lebih sadar bahwa mereka menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli barang-barang lain yang tidak memberikan tingkat kepuasan yang sama, mereka akan bermigrasi ke produk yang mungkin biaya sedikit lebih awalnya, tetapi akhirnya memberikan utilitas yang lebih dalam jangka panjang.

6.      Bagaimana CBIS memperbaiki kualitas dan produk jasa, berikan contoh
Computer Based Information System (CBIS) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut juga Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan. Istilah-istilah yang terkait dengan CBIS adalah data, informasi, sistem, sistem informasi dan basis komputer.

Saat ini sistem informasi merupakan isu yang paling penting dalam pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan karena tujuan dari pengendalian manajemen adalah untuk membantu manajemen dalam mengkoordinasi subunit-sub unit dari organisasi dan mengarahkan bagian-bagian tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan. Dua hal yang menjadi perhatian dari definisi diatas adalah mengkoordinasi dan mengarahkan. Tentu saja dalam dua proses tersebut diperlukan satu sistem agar proses koordinasi dan pengarahan dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Manfaat utama dari perkembangan sistem informasi bagi sistem pengendalian manajemen adalah :
·         penghematan waktu (time saving)
·         penghematan biaya (cost saving)
·         peningkatan efektivitas (effectiveness)
·         pengembangan teknologi (technology development)
·         pengembangan personel akuntansi (accounting staff development).
Dengan berbagai manfaat dan kontribusi yang diberikan tersebut, diharapkan setiap perusahaan dapat bertahan dalam arena kompetisi yang semakin ketat.

Contoh: Contoh Dukungan CBIS pada Kualitas Produk dan Jasa Pelacakan paket

Mungkin hanya sedikit organisasi didunia yang telah membangun organisasi mereka dengan komputer seperti fedral express.  fedEx menggunakan computer untuk banyak aplikasi, tetapi yang paling nyata bagi pelanggan adalah pelacakan paket. SUPER TRACKER membaca sebagian data secara optikal, SUPER TRACKER kemudian menggunaan microprocessor dan read-only memory-nya untuk menentukan rute terbaik ke tempat tujuan. Kurir memasukan SUPER TRACKER ke dalam printer portable Astra, ayng mencetak label yang di tempelkan ke paket. Kurir menggunakan SUPER TRACKER untuk membaca label Astra secara optis. Kurir keudian mentik nama penerima. Saat kurir kembali ke trucknya, SUPER TRACKER dimasukkan ke dalam terminal lain, yang akan menambahkan tanggal dan hari.

Sumber: eprints.undip.ac.id/27319/1/FMIPA-KOMPUTER19.pdf
http://refdiansyah.blogspot.com/2012/11/peranan-informasi-dalam-kualitas-produk_1808.html


7.      Menetapkan program TQM
Penerapan TQM dalam Teknologi Informasi dapat membantu perusahaan dalam melakukan peningkatan kualitas dalam produksi dan membantu dalam meningkatkan kualitas kerja karyawan melalui pelatihan yang dipermudah dengan adanya penerapan teknologi informasi di dalam perusahaan.

Pendekatan Top-Down
Usaha mencapai TQM dimulai dari CEO dan akhirnya melibatkan semua pihak dalam perusahaan. Tahapan-tahapannya :

1.       tentukan untuk mengikuti TQM
2.      tetapkan budaya kualitas
3.      mentapkan pengawasan manajemen puncak

Menurut pakar kualitas Joseph Juran, pendekatan yang lazim adalah menetapkan dewan perencanaan kualitas (quality planning council) yang memformulasikan dan mengkoordinasikan aktivitas kualitas seluruh perusahaan.

Tanggung jawab dewan tersebut meliputi :

1.      menetapkan kebijakan kualitas perusahaan
2.      menetapkan tujuan kualitas perusahaan
3.      menetapkan strategi kualitas perusahaan
4.      mengkaji kinerja kualitas
5.      merevisi sistem pemberian peringkat manajerial

Sebagian kesimpulan dari pembahasan proses penerapan TQM, ada dua pokok penting. Pertama, proses kualitas sangat mirip dengan proses top-down lainnya, seperti perencanaan strategis, manajemen sumber daya informasi, dan pembuatan anggaran tahunan. Kedua, tanggung jawab untuk mencapai produk dan jasa informasiyang berkualitas tidak hanya terletak pada IS.

 http://refdiansyah.blogspot.com/2012/11/peranan-informasi-dalam-kualitas-produk_1808.html

8.      Mencapai Manajemen Kualitas dalam Jasa Informasi
• Mengidentifikasi Pelanggan IS
Pada perusahaan yang secara historis telah menerapkan sumber daya informasinya untuk memenuhi kebutuhan pemakai, identifikasi pelanggan mungkin telah dilakukan. Kemungkinan besar perusahaan berorientasi pemakai akan memiliki steering committee SIM yang mewakili para pemakai di perusahaan secara menyeluruh, mengevaluasi permintaan dukungan informasi dan mengalokasi dana yang diperlukan.
• Mendefinisikan Kebutuhan Kualitas Pelanggan
Bahkan saat IS telah berorientasi pelanggan dan mengetahui para pelanggannya dan kebuthuan informasi mereka, biasanya tetap perlu mendefinisikan dimensi kualitas yang dirasa penting oleh pelanggan.
• Mendefinisikan Kebutuhan Kualitas Produk
Suatu servei tahap kedua dapat mengumpulkan pendapat para pemakai mengenai dimensi – dimensi kualitas produk.
• Menetapkan Metrik Kualitas
Setelah spesifikasi dimensi – dimensi kualitas produk dan jasa informasi ditentukan, dapat ditetapkan metrik untuk masing – masing. Metrik kualitas digunakan dalam mengevaluasi tingkat dimensi kualitas yang dicapai oleh tiap upaya sistem.
• Mendefinisikan Strategi Kualitas IS
Setelah para pelanggan dan kebutuhan mereka diidentifikasi dan cara mengukur tingkat kepuasan ditetapkan, IS dapat mengikuti satu set strategi yang dirancang untuk menempatkan sistem kualitas pada tempatnya.
• Menerapkan Program – program Kualitas IS
Manajemen IS menggunakan strategi – strategi yang telah didefinisikan tersebut untuk melaksanakan berbagai program kualitas mereka. Waktu yang diperlukan untuk penerapan berbeda bagi tiap perusahaan.
• Memantau Kinerja Kualitas IS
CIO dan para manajer IS lain memantau kinerja para spesialis informasi dan unit IS. Input diminta dari para pemakai dan informasi dihasilkan secara internal.

Sumber: http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=51218

9.      Menempatkan Kualitas IS dalam Perspektif
Kualitas sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru bagi IS. Banyak perusahaan yang telah bertahun – tahun membuat usaha terpadu untuk mencapai kualitas. Namun, yang baru adalaha perhatian pada kualitas IS dalam konteks budaya kualitas perusahaan
Sumber: http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=51218